Sabtu, 21 Januari 2012

Menelusuri Jejak Khaibar: Muslimah Pemberani di Perang Khaibar (Bag 3-habis)



Kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Khaibar tak lepas dari dukungan dari para Muslimah pemberani. Mereka mendukung perjuangan pasukan kaum Muslimin dari belakang.  Para Muslimah pemberani yang berjasa dalam penaklukan Khaibar itu antara lain Umayyah binti Qais Al-Ghiffariah.

Keberanian Umayyah binti Qais al-Ghiffariah untuk membela agama Allah SWT patut diteladani. Di usianya yang masih belia, wanita pemberani itu turun ke medan perang untuk membantu dan merawat para sahabat yang terluka. Rasulullah SAW pun menyematkan sebuah kalung di leher Umayyah, setalah berakhirnya Perang Khaibar,  sebagai tanda kekaguman atas  pengorbanan dan keberanian sang mujahidah.

Pada tahun ke-7 Hijriyah atau  629 M, pasukan Rasulullah SAW bertempur melawan orang-orang Yahudi yang tinggal di Oasis Khaibar. Perang itu terjadi tak lama setelah Perjanjian Hudaibiyah.

Mendengar pasukan Muslimin akan berangkat ke medan perang, Umayyah bersama beberapa wanita dari Bani Ghiffar lalu menghadap Rasulullah SAW. ''Wahai Rasulullah, kami ingin keluar bersamamu – ke Khaibar --  kami ingin mengobati mereka yang luka dan menolong kaum Muslimin semampu kami,'' ujar Umayyah seperti dituturkan Ibnu Hisyam dalam ''Para Syuhada Wanita Khaibar dan Kisah Wanita dari Suku Ghiffar.''

Rasulullah SAW pun menjawab, ''Berangkatlah atas berkah Allah SWT.'' Saat itu, usia Umayyah masih belia. ''Berangkatlah kami bersama beliau. Saat itu saya masih seorang gadis kecil,'' ungkap Umayyah. Di perjalanan, Rasulullah membonceng Umayyah di atas kudanya.

Selain Umayyah, Muslimah lainnya yang turun ke medan Perang Khaibar adalah Ummu Aiman. Ia seorang perempuan yang berhasil menggabungkan dua jihad sekaligus, yakni jihad di medan perang dan jihad dalam pendidikan. Jihad di medan perang dibuktikannya dengan keikutsertaannya dalam Perang Uhud dan Perang Khaibar. Ia bertugas menyiapkan minum bagi para pejuang yang kehausan dan mereka yang terluka. 

Muslimah pemberani lainnya adalah Rufaidah Al-Anshariyah, seorang perintis dunia keperawatan Islam. Ketika umat Muslim harus turun ke medan perang untuk membela agama Allah, seperti Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan  Khaibar, dengan penuh keberanian  Rufaidah turun ke medan pertempuran.

Ia berada di garis belakang untuk membantu tentara Islam yang terluka akibat perang. Rufaidah pun mendirikan rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah. Selain itu, ia juga menyebarkan ilmu yang dimilikinya. Begitulah para Muslimah membantu pasukan tentara Muslim dalam Perang Khaibar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar