Senin, 24 Desember 2012

Cerita Sang Pemimpi dari Timur

Aku punya impian yang begitu banyak sehingga akupun bingung mau mulai dari mana?? Terkadang aku berpikir seakan aku ini adalah orang gila. Bagaimana bisa seorang anak buruh seperti aku ini bisa punya impian sebanyak itu.  Ah, aku pasti bisa. Sedangkan mereka saja bisa, mengapa aku yang sesempurna ini tidak bisa? Semangat menggelora mulai memuncak dalam diriku ini. Ku ambil buku rumus yang tergeletak di meja tua itu. Ku tuliskan mimpi-mimpi indahku itu. Alhamdulillah ku ucap karena sudah begitu banyak yang kutuliskan. Ku perintahkan orang-orang disekitar ku untuk membacanya seraya memohon ucapan amin selepas mereka melakukanya. Merekapun melakukannya. Mereka merespon dengan baik apa yang aku tuliskan itu. Mereka terkagum. Namun ada
dari mereka yang mulai ragu akan tulisan ku itu. Aku mulai memberikan penjelasan singkat kepada mereka bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kita masih punya iman dan senantiasa berniat ikhlas karena Allah saja ketika melakukan semua pekerjaan kita. Insya Allah bernilai ibadah di sisiNya. Amin Yaa Rabbal’alamin.

Waktu terus berlalu, jam pun terus berputar tanpa hentinya. Seakan kelemahan waktu yang tak bisa kembali ini mencetak kenangan-kenangan yang begitu indah dirasakan. Suka duka bersama teman seliqo yang notabenenya adalah teman-teman yang keras kepala yang cenderung egoistis yang mau menang sendiri, ada pula yang baik hati  ada pula yang penyabar. Biarlah aku tumpahkan semua seiring dengan tinta yang keluar dari printer ini. Walau demikian, aku harus tetap bersama mereka. Inilah seni dalam berukhuwah yang merupakan lambang kesatuan umat. Bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Salah satu syariat Allah yang telah tertuliskan dalam Q.S Al-Baqoroh yang bunyinya Innamal mukminunal ikhwa yang kurang lebih artinya sesama muslim adalah saudara yang kemudian ada lagi ku kenal 3 rukun Halaqoh yakni Ta’aruf (ajang saling kenal) baik fisik, jiwa maupun cara berpikir, Tafahum(saling pengertian) sesuai dengan apa yang ada pada Ta’aruf tadi dan Tafakuh( Saling memenuhi kebutuhan). Hanya sebagian kecil yang memahaminya.  Mungkin takdir yang meminta agar mereka demikian adanya atau boleh jadi belum saatnya mereka mendapatkannya. Semoga mereka bisa cepat memahaminya dan semakin terasa nikmatnya ukhuwah itu. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

Bersambung....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar